''Tidak Ada Yang Tahu''..Mengenai Masa Depan Kita..

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin,
semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik.
Bahkan raja menginginkan hartanya itu.
Kuda seperti itu belum pernah di lihat-begitu kemegahannya,
keagungannya dan kekuatannya.

Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu,
tetapi orang tua itu selalu menolak, ia mengatakan …
"Kuda ini bukan kuda bagi saya,"
"Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang.”
Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat."

Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya.
Seluruh desa datang menemuinya. Mereka mengejek dia
"Orang tua bodoh, Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu.
Kami peringatkanmu bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin.
Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga?
Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja.
Harga setinggi apapun akan di bayar juga.
Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan.

Orang tua itu menjawab,
"Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya.
Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak,
bagaimana Anda dapat ketahui itu?
Bagaimana Anda dapat menghakimi?"

Orang tua itu berbicara lagi.
"Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi.
Selebihnya saya tidak tahu. saya tidak dapat katakan.Apakah itu kutukan atau berkat.
Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong cerita saja.
Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"

Orang-orang desa tertawa.
Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap
dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu
dan hidup dari uang yang diterimanya.
Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin,
orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya.
Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih.
Hidupnya sengsara sekali.
Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak dicuri, ia lari ke dalam hutan.
Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya.
Lagi, penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan,
"Orang tua, kamu benar dan kami salah.
Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."

Jawab orang itu,
"Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah kembali.
Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai.
Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat?
Anda hanya melihat sepotong cerita saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh
cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah
buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku?
Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan.
Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan?

Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau
satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat.
Tidak ada yang tahu.
Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu.
Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain.
Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah.
Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda.
Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih,
kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki.
Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu.
Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah.
Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai

"Kamu benar," kata mereka,
"Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat.
Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu, patah kedua kakinya
dan sekarang dalam usia tuamu. kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu.
Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi.
"Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki.
Siapa tahu itu berkat atau kutukan?
Tidak ada yang tahu.
Kita hanya mempunyai sepotong cerita.
Hidup ini datang sepotong-sepotong."

Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga.
Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara.
Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka.
Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena
anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur.
Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali.
Musuh sangat kuat dan perang itu akan di menangkan musuh.
Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.

"Kamu benar, orang tua," mereka menangis
"Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya.
Kecelakaan anakmu merupakan berkat.
Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu.
Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi,
"Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian.
Kalian selalu menarik kesimpulan

Orang tua protes,
"Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh!
Mungkin kita bukan ahli filsafat,
tetapi filsafat hebat tidak diperlukan.
Fakta sederhana menyimpulkan. Tidak ada yang tahu.
Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak.
Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan.
Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui.
Hanya Allah yang tahu.

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian.
Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini
hanya merupakan satu halaman dari buku besar.
Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan.
Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai
kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar menjaga kesabarannya.
Mungkin dari tukang kayu lain di Galilea.
Sebab tukang kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:

"Janganlah kamu kuatir akan hari esok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. "

Ia (Tuhan) yang paling tahu. Ia menulis cerita kita.
Dan Ia sudah selesai menulis bab terakhir.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.. Renungkan lah cerita ini. Semoga ia menjadi pedoman buat kita. Mungkin kita suka meramal sesuatu perkara,tapi hakikatnya kita tidak tahu..

4 comments:

ISZA berkata...

cerita yang menarik dan mendalam pengertiannya..

Amir Izzat berkata...

memang mendalam cikgu.. cerita ini mengambarkan masyarakat kita sendiri..

hans berkata...

masa depan penuh rahsia

Amir Izzat berkata...

yup..mmg penuh rahsia....

Catat Ulasan

Awak komen je dengan ikhlas. Tak paksa pun. Amir pun tak pasti dapat ke tidak balas komen tu. Sibuk gilak-gilak bah! Ko guano gu? Bereh??